PIDIE Negeri 34 Uleebalang

Judul : PIDIE Negeri 34 Uleebalang
Penulis : Junaidi Ahmad
Penerbit : Bandar Publishing, 2020
Harga : Rp 124.000
Kontak Person : WhaApp. 085371555414
BUKU ini berkenaan Pidie dilihat dari sisi Adat dan Pemerintahan pada masa kedudukan Uleebalang. Daerah Pidie dulunya merupakan wilayah yang berasal dari 34 kekuasaan Uleebalang. 26 wilayah kekuasaan asli Uleebalang Pidie, satu ( Uleegle) dari wilayah Samalanga dan tujuh lainnya dari bekas wilayah Panglima Polem (Aceh Besar sekarang).
"Nyawoeng tuboeh ata Poe Tallah, darah gapah ata Teuku Poe" (nyawa dan tubuh milik Allah, sementara darah dan tenaga milik tuwanku ( uleebalang), ungkapan ini jamak terdengar dari mulut orang-orang tua di Pidie, sebagai bentuk kesetiaan atau juga kuatnya cengkraman feodalisme kaum uleebalang.
Ada juga ungkapan "Hei sare mate raja meugantoe raja" ( hai sekalian raja mati berganti raja). Ungkapan ini diucapkan oleh rakyat di hadapan jenazah uleebalang yang telah meninggal, seruan ini sebagai syarat untuk pelantikan uleebalang pengganti dan selesai upacara pelantikan uleebalang pengganti baru kemudian jenazah uleebalang itu dikuburkan.
Di sisi lain Pemerintah Kolonialis Belanda membayar berpuluh kali lebih mahal uleebalang-uleebalang Pidie dibandingkan uleebalang kecil di daerah lainnya di Aceh. Uleebalang Pidie "dithei le kaphe-Belanda" dengan dibayar lebih mahal dibandingkan uleebalang lainnya.
Mungkin Belanda memahami Pidie "ujoeng meuputa uram meu putie" ( susah di tebak prilakunya) sehingga nampak diistimewakan. Banta, Waki, Keurani, opas, siduek kubu, ureung kerja lampoeh adalah strata masyarakat di tengah kuatnya feodalisme. Selamat membaca.[Junaidi Ahmad]
Komentar